Turbocharger
menjadi alternatif terbaik untuk meningkatkan daya kuda yang bisa
dihasilkan mesin, tanpa harus menambah bobot mobil. Selain itu,
ukurannya yang kompak dan proses pemasangannya yang sederhana, membuat
turbo juga populer di aftermarket.
Perangkat ini banyak digunakan mesin diesel maupun mobil performance.
Di Indonesia, banyak model yang menawarkan perangkat ini, seperti Isuzu
Panther, Ford Ranger, Mitsubishi L200 Strada dan Kia Carnival.
Prinsip kerja turbo, mengkompresi
udara ke mesin untuk meningkatkan jumlah molekul oksigen yang masuk ke
silinder. Tingginya molekul oksigen yang masuk mendorong tambahan
pasokan BBM. Dengan demikian, lebih banyak BBM yang dibakar, hingga daya
yang diproduksi meningkat.
Tekanan udara yang dikompresi bisa
meningkat hingga 8 psi (pounds per square inch) dibandingkan tekanan
normal. Bila tekanan normal di permukaan laut sebesar 14.7 psi, maka
udara yang dikompresi mempunyai tekanan hingga 50% lebih tinggi. Namun
tidak berarti power yang dihasilkan meningkat 50%. Karena ada sebagian
daya yang hilang/inefisiensi. Peningkatan daya optimal turbo bisa 30 ?
40 persen lebih banyak.
Untuk melakukan kompresi, turbo memanfaatkan aliran gas buang dari
mesin untuk memutar turbin, yang meneruskan putaran ke kompresor udara.
Turbin ini bisa berputar hingga 150,000 putaran tiap menit (rpm) atau 30
kali putaran mesin mobil pada umumnya. Temperatur perangkat ini juga
bisa melesat naik, ketika bersentuhan dengan gas buang. Dengan kondisi
kerja seperti itu, turbo membutuhkan material berkualitas tinggi dengan
pengerjaan super presisi.
Perangkat turbo dipasang pada exhaust manifold, sedangkan kompresor
udara diletakkan diantara air filter dan intake manifold. Udara yang
dikompresi, suhunya naik dan ketika suhu naik, udara akan memuai lagi.
Akibatnya, meskipun tekanan udara yang masuk ruang bakar tinggi, tapi
jumlah molekul udara yang dibutuhkan untuk pembakaran menjadi berkurang.
Oleh karena itu, maka ditambahkan perangkat intercooler yang berfungsi
menurunkan suhu udara kompresi.
Di sisi lain, penggunaan turbo juga
menimbulkan kerugian pada mesin. Pemasangan turbin membuat aliran gas
buang menjadi tidak lancar. Mesin juga harus mengeluarkan tenaga ekstra
untuk melawan tekanan balik dari saluran gas buang.
Selain itu gejala knocking/nglitik juga sering ditemui. Ini
disebabkan karena udara kompresi yang bersuhu tinggi ketika masuk ke
ruang bakar yang bertekanan tinggi, bisa memicu pembakaran sebelum busi
memercikkan api. Oleh karena itu, mobil dengan perangkat turbo
seringkali membutuhkan BBM dengan oktan tinggi, guna menghindari gejala
knocking. Kini mesin-mesin modern yang dilengkapi turbo, sudah
dilengkapi semacam adjuster yang bisa menyesuaikan kompresi udara secara
presisi sesuai kebutuhan mesin.
Problem lain yang sering ditemui mobil dengan perangkat turbo adalah
turbo lag. Kondisi ini terjadi karena turbo tidak bisa seketika
menghadirkan tambahan daya saat gas ditekan (turbo baru bekerja pada
putaran tertentu). Baru beberapa detik kemudian tambahan daya bekerja,
ditandai dengan melonjaknya mobil ke depan.
Cara untuk meminimalkan efek ini adalah memangkas bobot komponen yang
berputar. Ini membuat turbin dan kompresor lebih mudah berakselerasi
untuk melakukan kompresi. Cara lainnya, dengan menggunakan material baru
seperti ceramic turbine blades. Material baru ini lebih ringan dari
baja, hingga lebih mudah berputar Efek ini nyaris tidak terasa pada
mesin dengan teknologi turbo modern.
Kebanyakan turbocharger memiliki wastegate, semacam katup pengaman
yang memungkinkan gas buang menerobos keluar tanpa melewati turbin.
Katup ini bekerja berdasarkan sensor tekanan. Bila tekanan udara terlalu
tinggi, berarti turbin berputar terlalu cepat, maka exhaust gas dibuang
lewat wastegate, hingga rotasi turbin melambat.
Karena turbo bekerja pada kondisi temperatur, kecepatan dan tekanan
tinggi, maka peforma optimum bisa didapat jika alat ini dioperasikan dan
dirawat dengan benar. Kerusakan yang sering terjadi biasanya akibat
buruknya lubrikasi, atau masuknya partikel abrasif pada oli. Sebab lain
adalah lolosnya partikel berukuran besar pada aliran udara yang tersedot
masuk. Juga benda-benda yang tersembur keluar dari exhaust, seperti
kerak karbon, serpihan komponen mesin, dll berperan menimbulkan
kerusakan.
Agar turbo bekerja sempurna, maka;
* Turbo harus di service sesuai rentang waktu yang direkomendasikan.
* Gunakan selalu oli yang direkomendasi produsen mobil
* Gunakan selalu oli yang direkomendasi produsen mobil
* Pilih bengkel yang benar-benar ahli dalam perawatan turbo
* Periksa setiap kebocoran oli, suara-suara aneh dan getaran yang tidak wajar.
* Power kurang, suara keras, asap biru atau hitam, kemungkinan mengindikasikan masalah pada mesin, bukan turbo
* Panaskan mesin beberapa saat, tunggu temperatur oli mesin mencapai
suhu kerja optimal sebelum menggenjot pedal gas dalam-dalam untuk
mengaktifkan turbo. Jangan memainkan pedal gas, karena kemungkinan
lubrikan komponen turbo belum sempurna. Sebaliknya, biarkan mesin idle
beberapa saat sebelum mesin dimatikan. Bila mesin dimatikan seketika,
maka pasokan oli mesin ke turbo otomatis terhenti, sementara turbo masih
berputar dengan kecepatan tinggi. Ini bisa menciderai bearing. Pada
mesin-mesin dengan teknologi turbo terbaru, ritual seperti itu tidak
perlu lagi.
*Sumber: mobilku.com
0 comments:
Posting Komentar